Rabu, 13 Juli 2011

Diriwayatkan oleh Abu Nashrin bin Said ra (tentang urutan 13, 14, 15 Sya’ban) bahwa Nabi SAW telah bersabda :
Tatkala malam 13 bulan Sya’ban maka datanglah Jibril kepadaku, lalu berkata, ” Hai Muhammad ! bangunlah (kerjakan shalat), sungguh telah datang waktu tahajud, agar engkau bisa minta apa yang engkau kehendaki untuk umatmu”Maka Beliau pun mengerjakannya. Ketika waktu shubuh tiba Jibril datang lagi dan berkata, “Hai Muhamad !! sesungguhnya Allah SWT telah memberikan (anugerah) kepada 1/3 umatmu ” ” Beritahukan kepadaku bagaimana nasib umatku yang 2/3 lagi ?”Jibril menjawab, “Aku tidak tahu”.
Pada malam 14 Sya’ban, Jibril datang lagi menemui Nabi SAW sambil berkata, ” Hai Muhamad !, bangunlah dan bertahajudlah.” Nabi pun mengerjakannya. Ketika waktu fajar tiba, Jibril menemui lagi Nabi SAW sambil berkata, ” Hai Muhamad ! sungguh Allah SWT telah memberi (anugerah) kepada 2/3 umatmu “Mendengar ucapan Jibril itu, lalu Nabi SAW menangis lagi sambil berkata, ” Hai Jibril ! beritahu aku (bagaimana) umatku yang 1/3 nya lagi ? “Jibril menjawab, “Aku tidak tahu”
Kemudian pada malam ke 15 Sya’ban (malam Bara’ah) Jibril datang lagi kepada Nabi SAW sambil berkata, “Hai Muhammad kabar gembira untukmu, bahwa Allah telah memberi (anugerah) kepada semua umatmu dan orang-orang yang tidak menyekutukan Allah dengan sesuatupun”.Lalu Jibril berkata lagi, “Hai Muhamad ! lihatlah ke langit, apa yang engkau lihat?”Kemudian Beliau melihat keatas, dan tampaklah pintu-pintu langit terbuka, sedangkan para malaikat dari langit dunia sampai ke ‘Arasy sedang sujud sambil memohon ampunan kepada Allah SWT untuk umat Nabi Muhamad SAW.Dan di tiap pintu langit ada malaikat berseru sebagai berikut :
- Di Pintu Langit Pertama, Malaikat berseru :
” Beruntung bagi orang yang ruku pada malam ini ”
- Di Pintu langit ke-dua, Malaikat berseru :
” Beruntung bagi orang-orang yang mau sujud pada malam ini”
- Di Pintu langit ke-tiga, Malaikat berseru :
” Beruntung bagi orang-orang yang berdzikir pada malam ini ”
- Di Pintu langit ke-empat Malaikat berseru :
” Beruntung bagi orang-orang yang berdo’a kepada Tuhan-nya pada malam ini ”
- Di Pintu langit ke-lima Malaikat berseru :
” Beruntung bagi orang-orang yang menangis karena takut pada Allah SWT pada malam ini ”
- Di Pintu langit ke-enam Malaikat berseru :
” Beruntung bagi orang yang berbuat baik pada malam ini ”
- Di Pintu langit ke-tujuh Malaikat berseru :
” Beruntung bagi orang yang membaca Al-Qur’an pada malam ini ”
Kemudian ada pula malaikat yang berseru :
- Orang yang meminta, akan di beri permintaannya.
- Orang yang ber doa, akan di kabulkan do’a nya.
- Orang yang meminta ampun, maka ia akan di ampuni.
Rasulullah SAW bersabda lagi :
” Pintu-pintu Rahmat akan dibuka untuk umatku, sejak permulaan malam hingga waktu fajar. Sesungguhnya Allah SWT pada malam ini (malam Nisfu Sya’ban) membebaskan orang-orang dari neraka lebih banyak dari bilangan bulu kambing Bani Kilab ”
readmore »»  

Rabu, 06 Juli 2011

Secara seksama mari kita tengok beberapa catatan hadits tentang ibadah
Rasulullah SAW.
1. Berkata Mughirah bin Syu’bah r.a.:
“Adalah Rasulullah bangun di waktu malam untuk sholat sehingga bengkak
kedua kakinya, dan ketika ditanyakan kepada beliau: ‘Bukankah Allah
telah mengampuni dosa-dosa tuan yang telah lampau dan yang akan
datang?’ Beliau menjawab: ‘Apakah aku tidak akan jadi hamba yang pandai
bersyukur?’ ”
(HR. Bukhari & Muslim)
2. Dari Al-Qamah katanya:
“Aku bertanya kepada Aisyah r.a.: ‘Apakah Rasulullah menentukan
hari-hari untuk menambah ibadah?’ Aisyah menjawab: ‘Tidak, tetapi
beliau terus-menerus mengerjakannya, dan adakah diantaramu yang kuat
beribadah seperti Rasulullah?’ ”
(HR. Bukhari & Muslim)
Inilah Rasulullah!! Hati beliau sudah dekat dan melekat kepada Allah,
beliau selalu bersama-Nya di dalam setiap saat, dan dia sangat cinta beribadah
dan bermunajat. Beliau selalu bangun malam untuk melakukan sholat, dan
menyisihkan sebagian waktu siangnya untuk beribadah pula, sehingga merasakan
nikmatnya sholat dan kelezatannya. Beliau melarang para sahabatnya untuk
menirunya dalam hal-hal yang mereka tidak mampu melakukannya. Berkata Aisyah
r.a.:
“Rasulullah seringkali meninggalkan pekerjaan yang beliau sangat
mencintai untuk melakukannya karena khawatir dilakukan orang-orang
(umatnya) sebagai sesuatu yang wajib atas mereka.”
Di sela-sela kesibukan beliau dalam segala hal di atas, beliau muncul
sebagai orang yang cinta beribadah kepada Allah siang dan malam. Namun,
walaupun demikian beliau tidak memutuskan dan tidak pula lupa terhadap urusan
dunianya. Kemampuan beliau dalam memadukan antara urusan akhirat dan dunia
inilah yang menjadikan diri beliau pahlawan di atas pahlawan, dan menjadi
teladan ummat satu-satunya dalam sepanjang sejarah kemanusiaan.
Akhirnya dalam aspek ibadah ini, Rasulullah dapat dikatakan orang telah
berhasil dalam tingkatan ibadah yang paling tinggi, karena kemampuan beliau
menjalankan semua yang diperintahkan Allah kepadanya, seperti: tahajud serta
ibadah-ibadah lainnya, tasbih, dzikir dan do’a, dsb.
Allah Ta’ala mengabadikan perintah-perintah ibadah khusus bagi Rasulullah ini
dalam Al-Qur’an: (tentunya kita sebagai pengikut beliau adalah pewaris yang haq
untuk juga melakukan perintah-perintah ini).
1. Surat Al-Muzammil 1-7:
2. Al-Isra’ 79: “Dan pada sebagian malam hari bersembahyang tahajudlah kamu sebagai
suatu ibadah tambahan bagimu, mudah-mudahan Tuhanmu mengangkat kamu ke derajad
terpuji.”
3. Al-Insan 25-26: Dan sebutlah nama Tuhanmu pada waktu pagi dan petang dan pada sebagian
malam, maka sujudlah kepada-Nya dan bertasbihlah kepada-Nya pada bagian yang
panjang di malam hari.”
readmore »»  

Jumat, 01 Juli 2011

Anjuran Memperbanyak Puasa di Bulan Sya’ban
Dari Aisyah r.a. beliau berkata:”Rasulullah s.a.w. berpuasa hingga kita mengatakan tidak pernah tidak puasa, dan beliau berbuka (tidak puasa) hingga kita mengatakan tidak puasa, tapi aku tidak pernah melihat beliau menyempurnakan puasa satu bulan penuh kecuali bulan Ramadhan dan aku tidak pernah melihat beliau memperbanyak puasa selain bulan Ramadhan kecuali pada bulan Sya’ban”. (h.r. Bukhari). Beliau juga bersabda:”Kerjakanlah ibadah apa yang engkau mampu, sesungguhnya Allah tidak pernah bosan hingga kalian bosan”.
Usamah bin Zaid bertanya kepada Rasulullah s.a.w.:’Wahai Rasulullah, aku tidak pernah melihatmu memperbanyak berpuasa (selain Ramadhan) kecuali pada bulan Sya’ban? Rasulullah s.a.w. menjawab:”Itu bulan dimana manusia banyak melupakannya antara Rajab dan Ramadhan, di bulan itu perbuatan dan amal baik diangkat ke Tuhan semesta alam, maka aku ingin ketika amalku diangkat, aku dalam keadaan puasa”. (h.r. Abu Dawud dan Nasa’i).
Keutamaan Malam Nisfu Sya’ban
Dari A’isyah: “Suatu malam rasulullah salat, kemudian beliau bersujud panjang, sehingga aku menyangka bahwa Rasulullah telah diambil, karena curiga maka aku gerakkan telunjuk beliau dan ternyata masih bergerak. Setelah Rasulullah usai salat beliau berkata: “Hai A’isyah engkau tidak dapat bagian?”. Lalu aku menjawab: “Tidak ya Rasulullah, aku hanya berfikiran yang tidak-tidak (menyangka Rasulullah telah tiada) karena engkau bersujud begitu lama”. Lalu beliau bertanya: “Tahukah engkau, malam apa sekarang ini”. “Rasulullah yang lebih tahu”, jawabku. “Malam ini adalah malam nisfu Sya’ban, Allah mengawasi hambanya pada malam ini, maka Ia memaafkan mereka yang meminta ampunan, memberi kasih sayang mereka yang meminta kasih sayang dan menyingkirkan orang-orang yang dengki” (H.R. Baihaqi) Menurut perawinya hadis ini mursal (ada rawi yang tidak sambung ke Sahabat), namun cukup kuat.
Dalam hadis Ali, Rasulullah bersabda: “Malam nisfu Sya’ban, maka hidupkanlah dengan salat dan puasalah pada siang harinya, sesungguhnya Allah turun ke langit dunia pada malam itu, lalu Allah bersabda: “Orang yang meminta ampunan akan Aku ampuni, orang yang meminta rizqi akan Aku beri dia rizqi, orang-orang yang mendapatkan cobaan maka aku bebaskan, hingga fajar menyingsing.” (H.R. Ibnu Majah dengan sanad lemah).
Ulama berpendapat bahwa hadis lemah dapat digunakan untuk Fadlail A’mal (keutamaan amal). Walaupun hadis-hadis tersebut tidak sahih, namun melihat dari hadis-hadis lain yang menunjukkan kautamaan bulan Sya’ban, dapat diambil kesimpulan bahwa malam Nisfu Sya’ban jelas mempunyai keuatamana dibandingkan dengan malam-malam lainnya.
Keutamaan di Bulan Sya’ban
Sya’ban adalah istilah bahasa Arab yang berasal dari kata syi’ab yang artinya jalan di atas gunung. Islam kemudian memanfaatkan bulan Sya’ban sebagai waktu untuk menemukan banyak jalan, demi mencapai kebaikan.
Rasulullah SAW bersabda,
”Bulan Sya’ban adalah bulan yang biasa dilupakan orang, karena letaknya antara bulan Rajab dengan bulan Ramadan. Bulan Sya’ban adalah bulan diangkatnya amal-amal. Karenanya, aku menginginkan pada saat diangkatnya amalku, aku dalam keadaan sedang berpuasa.” (HR Abu Dawud dan Nasa’i)
Karenanya, pada bulan ini, umat Islam dianjurkan untuk memperbanyak berdzikir dan meminta ampunan serta pertolongan dari Allah SWT. Pada bulan ini, sungguh Allah banyak sekali menurunkan kebaikan-kebaikan berupa syafaat (pertolongan), maghfirah (ampunan), dan itqun min adzabin naar (pembebasan dari siksaan api neraka).
Nishfu Sya’ban
Sya’ban adalah bulan kedelapan dalam penanggalan Hijriyah. Keistimewaan bulan ini terletak pada pertengahannya yang biasanya disebut sebagai Nishfu Sya’ban. Secara harfiyah istilah Nisfu Sya’ban berarti hari atau malam pertengahan bulan Sya’ban atau tanggal 15 Sya’ban.
Kaum Muslimin meyakini bahwa pada malam ini, dua malaikat pencatat amalan keseharian manusia, yakni Raqib dan Atid, menyerahkan catatan amalan manusia kepada Allah SWT, dan pada malam itu pula buku catatan-catatan amal yang digunakan setiap tahun diganti dengan yang baru.
Imam Ghazali mengistilahkan malam Nisfu Sya’ban sebagai malam yang penuh dengan syafaat (pertolongan). Menurut al-Ghazali, pada malam ke-13 bulan Sya’ban Allah SWT memberikan seperti tiga syafaat kepada hambanya. Sedangkan pada malam ke-14, seluruh syafaat itu diberikan secara penuh. Dengan demikian, pada malam ke-15, umat Islam dapat memiliki banyak sekali kebaikan sebagai penutup catatan amalnya selama satu tahun. Karepa pada malam ke-15 bulan Sya’ban inilah, catatan perbuatan manusia penghuni bumi akan dinaikkan ke hadapan Allah SWT.
Para ulama menyatakan bahwa Nisfu Sya’ban juga dinamakan sebagai malam pengampunan atau malam maghfirah, karena pada malam itu Allah SWT menurunkan pengampunan kepada seluruh penduduk bumi, terutama kepada hamba-Nya yang saleh.
readmore »»